Artikel Minggu Palma 2022
“Saya tidak akan percaya kalau saya tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri”. Itu adalah perkataan yang sering kita dengar dan juga barangkali kita anut. Kata tersebut seakan menunjukkan betapa kita adalah orang yang rasional dan tidak mudah untuk ditipu. Namun kita segera menyadari bahwa dalam praktiknya, banyak hal didunia ini kita percayai tanpa perlu kita lihat atau buktikan sendiri. Seluruh pelajaran sejarah atau geografi di sekolah atau bahkan menonton berita di TV akan berantakan kalau kita hanya mau mempercayai apa yang kita lihat sendiri.
Demikian pula dengan kisah Tomas yang bersikukuh tidak akan mempercayai fakta kebangkitan Kristus sebelum ia melihat sendiri Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Bahkan ada kecurigaan jangan-jangan ia masih bisa ditipu seandainya ada orang yang mirip Yesus menjumpainya. Maka ia memberikan syarat bahwa Yesus yang dikatakan bangkit itu adalah Yesus yang memang disalib, dimana ia akan dapat menusukkan jarinya ke lambung bekas luka itu.
Pada akhirnya memang Tuhan Yesus memperlihatkan dirinya kepada Tomas, bahkan menantangnya untuk menusukkan jarinya di lambung-Nya. Disaat itulah Tomas menyadari ada hal-hal yang memang terjadi dan merupakan fakta tanpa harus disaksikannya sendiri. Ia belajar bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1).
Sesungguhnya bagi kita semua di generasi ini bahkan banyak orang yang sejaman dengan Tuhan Yesus, mereka tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa penyaliban hingga kebangkitan Tuhan Yesus. Namun banyak orang yang percaya akan fakta tersebut hanya melalui kesaksian orang lain. Tentu ada canpur tangan Roh Kudus yang membuat seseorang mampu dan mau beriman seperti itu.
Tuhan Yesus berkata kepada Tomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Memang iman itu sendiri harus bertumpu atau berkaitan dengan Firman Tuhan yang kokoh. Artinya, kita percaya karena Allah yang mengatakan atau menjanjikannya. Janji penyertaan Allah dan juga kehidupan kekal yang kelak akan kita terima adalah contoh hal-hal yang kita imani tanpa perlu melihatnya terlebih dahulu. Dan kita mengalami manfaat sukacita dan kedamaian dari iman tersebut.
Sesunguhnya tumpuan terbesar iman kita bukankah dimulai dengan percaya adanya Allah pencipta langit yang bumi, yang tidak dapat kita lihat itu? Mari kita melanjutkan perjalan iman kita dengan terus mempercayai Dia dan mempercayakan hidup kita kepada Allah, Pribadi yang hidup dan terus berkarya walau tak kita lihat dengan mata. Mata rohani kitalah yang menopang iman kita.